Great,, sebuah film yang menceritakan kehidupan seorang ibu
dengan anak-anaknya. Tentang pengorbanannya, tentang kasih sayangnya, tentang
jarih payah dan perjuangan terbaiknya untuk anak-anaknya. Menyita air mataku
hingga kering..
Yups, dengan latar belakang
sebuah keluarga mungil di sudut desa di korea,
berawal dari sebuah kisah seorang perempuan kecil yang baru saja pulang
dari sekolah,betapa sang ibu telah menanti kedatangan sang putri, berbagai
ciuman dan pelukan mendarat di kepala si putri, menunjukan betapa ibu itu amat
mencintai putrinya. Setiap keperluannya ia layani, dari mempersiapkan makanan
untuk bekal di sekolah, memasakkan makanan kesukaan putrinya, bahkan ia rela
mengantarkan ke sekolah ketika si putri lupa membawanya. Yang terjadi adalah,
si putri justsru kecewa dengan kedatangan sosok sang ibu, ia merasa malu dengan
penampilan ibu yang norak, ndesa, dibanding orang tua teman—temannya yang kaya.
Renungkan kawan, pernahkan kita merasakan hal yang sama, merasa malu dengan ibu
kita karena ibu kita yang terkesan ketinggalan zaman, ga tau apa-apa.. apa
pernah kita memikirkan, betapa sedih dan sakitnya perasaanya. Tapi ia tak
pernah marah, ia sembunyikan rasa sakit itu dan membiarkan perasaan itu
menguap.
Ibu, ia tak pernah lepas dari
merawat dan menyayangi putrinya, mencurahkan segala yang terbaik untu sang
putri, ia rela tak makan ketika anaknya belum makan, ia ingat putrinya ketika
ia makan enak, ia selalu menyisakan makanan untuk anaknya. Ia mengumpulkan uang
untuk hidup anak-anaknya, hingga akhirnya sang putri beranjak dewasa. Diakhir
studi SMA, ia memilih melanjutkan kuliah di Seoul, ibukota yang tidak dekat
dengan rumahnya. Sang putri dengan berat meninggkalkan kampung halaman, begitu
pula denganm ibunya. Kepergian putri tercintanya menjadi masa-masa yang paling
berat baginya. Tak terasa anaknya telah dewasa, segala bayangan masa lalu
terlintas di matanya. Ketika ia masih di kandungan, ketika putrinya harus
berkali-kali jatuh ketika belajar berjalan, ketika tiap malam ia bangun karna
tangisan putrinya, ketika anaknya merengek minta dibelikan sendal dan sepatu,,
semuanya telah berlalu. Dan kini ia harus ditinggal sendiri dengan kepergian
anaknya. Hatinya was was, khawatir, takut, apakah kelak putrinya bisa hidup
sendiri di tempat yang jauh, apakah putrinya sudah makan di kala waktunya
makan, apakah putrinya baik-baik saja, siapa yang merawat ketika ia sakit. Ia
benar-benar berat melepasnya. Hingga air matanya tak lagi terbendung. Hari berganti hari. Anaknya tak pernah pulang
kecuali sehari dua hari setelah beberapa bulan di seoul, justru lebih sering
sang ibu yang menyusulnya sendirian ke Seoul. Ia selalu memasakan makanan
kesukaan anaknya. Membawa berbagai macam bekal untuk persediaan makanan
anaknya. Hingga pada suatu hari, ia harus benar-benar melepas putrinya.
Gadisnya telah ranum, seorang lelaki telah merenggut buah hatinya. Di samping
bahagianya, ia sedih dan terharu untuk kesekian kalinya. Hingga pada waktunya
putrinya melahirkan, ia baru sadar betapa sakitnya masa itu, betapa besar
pengorbanan ibu terhadap anaknuya. Nyawa sebagai taruhannya. Tidak ada alasan
untuk tidak berbakti pada ibu.
Begitulah.. sampe akhirnya,
ternyata putrinya mengidap penyakit yang serius, ia tervonis sebuah penyakit
ganas hingga tak berapa lama lagi ia bisa bertahan hidup. Dan ia memilih untuk
pulang ke halammannya,menjenguk sang ibu dan mencoba membahagiakannya sebelum
ia pergi...
Ah... mam, betapa aku belum
sempat membahagiakannmu... hanya doa2 yang selalu mengalir dalam
sujud-sujudku. Hanya upaya menjadi anak
solih solihah yang semoga bisa
menjadi amal jariyah dan tabungan pahala
yang menglir untukmu.. J
“ Kelak di akhirat nanti, ada banyak orang Tua yang mendapat
tempat istimewa di surga karena doa dan istighfar anak-anaknya yang solih (HR. Ahmad)”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar